
Jangan kaget apabila sahabat Explorer berwisata ke Dieng Plateau lalu melihat banyak anak kecil berambut gimbal berbaur dengan masyarakat sekitar, karena memang sebagian anak kecil di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, memiliki bakat berambut gimbal. Ini terjadi secara alamiah, tidak ada keterangan medis yang dapat menjelaskannya.

Proses penggimbalan tidak terjadi begitu saja. Saat lahir, si anak gimbal punya rambut yang sama seperti anak lain. Rambut gimbal baru muncul pada usia balita. Umumnya diawali dengan gejala demam tinggi dan mengigau waktu tidur. Gejala ini tidak bisa diobati. Si anak akan sembuh dengan sendirinya, kemudian rambut mereka perlahan menjadi kusut dan menyatu sehingga terbentuklah gimbal dengan sempurna. Walaupun sudah keramas dengan shampo apapun, tetap saja menjadi gimbal. Bahkan, sekalipun sudah dipotong, gimbal akan kembali muncul.

Menurut kepercayaan penduduk lokal Dataran Tinggi Dieng, rambut gimbal tersebut tidak dapat hilang kecuali diruwat. Dalam ruwatan tersebut, dilakukan pencukuran rambut dengan didoakan oleh sesepuh atau Pemangku adat. Si anak menjadi raja sesaat, karena permintaanya harus dipenuhi, sesulit apapun itu. Kalau tidak, rambut gimbalnya tidak bisa hilang.

Masyarakat lokal meyakini bocah gimbal itu merupakan titisan dari Kyai Kolodete yang dipercaya sebagai leluhur Dataran tinggi Dieng. Semasa hidupnya, Kyai Kolodete memiliki rambut gimbal. Konon ketika meninggal, beliau berpesan agar keturunannya membantu menghadapi gangguan rambut gimbal yang dirasa cukup mengganggu. Maka diwariskanlah rambut gimbal ini ke anak cucunya.


Acara ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara. Melalui DCF, kelompok masyarakat sadar wisata (pokdarwis) selaku panitia membantu orangtua mengabulkan permintaan sang anak gimbal yang kadang ajaib. Tentu bukan hanya ruwatan yang ada dalam DCF, tapi juga ada bermacam tarian dari warga setempat dan napak tilas ke beberapa tempat wisata Dieng. Ruwatan adalah acara terakhir yang ditunggu-tunggu wisatawan.

Prosesi
Kirab (arak-arakan) menandai dimulainya proses ruwatan. Titik mulainya adalah rumah sesepuh Pemangku Adat, sampai ujungnya di Sendang Sedayu (utara Darmasala Kompleks Candi Arjuna). Kirab diramaikan dengan beragam pentas seni dari penduduk sekitar, ada tarian, barongsai, dll. Anak gimbal dimandikan (jamasan) sesampainya di Sedayu.Puncaknya adalah pencukuran rambut gembel di Kompleks Candi Arjuna yang dipandu langsung oleh Pemangku Adat. Tak jauh dari sini, dilakukan ngalap berkah, berupa perebutan tumpeng dan makanan. Penduduk lokal percaya bahwa orang yang berhasil mendapatkan tumpeng tersebut akan mendapat berkah. Prosesi ruwat ditutup dengan melarung sang anak rambut gimbal ke Sungai Serayu yang akan mengantar anak ini ke Laut Selatan.
Permintaan Ajaib
Seperti yang sudah disebutkan, salah satu syarat dalam prosesi ruwat rambut gimbal adalah mengabulkan permohonan setiap anak. Apa pun permohonannya harus dikabulkan agar ruwat berhasil. Selama ini permintaan dari anak gimbal sangat beragam, mulai dari yang biasa saja hingga yang ajaib.Sebagian anak minta sepeda, ada juga yang minta mainan, baju atau makanan kesukaannya. Beberapa contoh permintaan yang cukup unik antara lain minta kambing brengos, anting emas, telur ayam 600 butir, dan masih banyak lagi.
Pariwisata Dieng
Selain melihat prosesi DCF, sahabat Explorer juga dapat menikmati keindahan alam Dieng. Spot wisata Dieng terbilang cukup lengkap. Di sini ada candi, telaga, kawah, bukit, dan pastinya ada anak gimbal. Semua spot terjadi secara alamiah, kecuali candi-candi yang dibangun sekitar abad ke-8, Dieng Theatre, dan Museum Dieng Kailasa. Dieng berada di ketinggian 2.000 mdpl, ketinggian ini membuat udara di Dieng menjadi sangat sejuk. Karena itu jangan lupa bekali diri dengan jaket tebal apabila berkunjung ke Dieng.Dari sekian banyak spot wisata, ada beberapa spot unggulan yang direkomendasikan. Di antaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Gunung Sikunir (2.263 mdpl), Gunung Prau (2.565 mdpl) dan Dieng Theatre. Semuanya ini letaknya berdekatan satu sama lain.Bukan hanya spot unggulan itu saja yang sahabat Explorer dapat kunjungi, masih banyak lagi spot lain yang lebih jarang dikunjungi. Antara lain adalah Telaga Merdada, Telaga Cebong, Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Candradimuka, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Dwarawati, Candi Setyaki, Candi Sembrada, Gua Semar, Gua Sumur, Gua Jaran, dan mata air Sungai Serayu (Tuk Bima Lukar). Masih ada lagi Gunung Pakuwaja (2.395 mdpl), Telaga Dringo, Telaga Nila, Kawah Timbang, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, dan Kawah Sikendang.
Let's Go!..Persiapkan diri sahabat Explorer untuk hadir pada event tahunan Dieng Culture Festival kali ini, ajak teman atau keluarga sekarang juga, karena sahabat Explorer akan merasakan keragaman Budaya masyarakat lokal berpadu dengan keharmonisan Alam di Dataran Tinggi Dieng.
Peta Wisata Dataran Tinggi Dieng (Plateau)


Tidak ada komentar
Posting Komentar